Thursday 3 November 2011

Nilai-nilai Lokal Dirujuk dalam Mapel Inggris


  • Penyelenggaraan 58 Tahun Teflin
SEMARANG - Supaya pelajaran bahasa Inggris dapat berkontribusi dalam pembinaan karakter terhadap siswa, maka nilai-nilai lokal bisa dijadikan sebagai rujukan untuk teknik mengajar.
Pendekatan ini diharapkan bermanfaat, mengingat setiap mata pelajaran (mapel) tidak hanya dikhususkan pada bidang itu, tapi juga dapat memberikan pembinaan karakter anak secara utuh.
Hal tersebut disampaikan oleh Presiden The Association of Teachers of English as Foreign Language Indonesia (Teflin), Prof Fuad Abdul Hamied pada pembukaan konferensi internasional Teflin ke-58 di Kampus IKIP PGRI Semarang, Kamis (3/10).
Dia mengatakan, pada penyelenggaraan konferensi tingkat internasional yang melibatkan 11 negara, antara lain AS, Inggris, Australia, Filipina, Iran, China, Jepang, Singapura, Thailand, dan Indonesia ini, pihaknya hendak membuat rujukan mengenai pembelajaran bahasa Inggris yang bisa disinkronisasi dengan pembinaan karakter.
’’Sesuai dengan tema pertemuan kali ini, yakni Language Teaching and Character Building, kami ingin membuat gagasan untuk bisa menjadi rujukan dalam mapel bahasa Inggris dengan tidak meninggalkan pendidikan karakter kepada siswa,’’ ungkapnya, yang juga direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tersebut.     
Karena itu, sesi seminar yang dilaksanakan 3-5 November 2011 ini akan membahas masalah spesifik mengenai pembangunan karakter yang dikaitkan dengan mata pelajaran bahasa Inggris.
Dikemas Menarik
Fuad menjelaskan, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan, yakni melalui isi/konten/bahan pelajaran dan tentang cara mengajar yang dapat memberikan masukan tentang nilai-nilai lokal dan karakter.
Nilai-nilai itu misalnya nilai kebersamaan, kejujuran, dan saling membantu.  ’’Kondisi saat ini bisa dibilang kemampuan siswa menggunakan bahasa Inggris masih rendah. Hal ini karena mapel tersebut diperlakukan seperti pelajaran lain dan hanya diajarkan dua hingga empat jam seminggu, sehingga bisa dibilang kurang intensif,’’ tuturnya.
Karena itu, para pengajar bahasa Inggris dan perguruan tinggi harus berkoordinasi untuk penyusunan kurikulum bahasa Inggris sesuai yang dikehendaki dan kompatibel dengan keadaan saat ini, terutama pembinaan karakter yang mengadopsi nilai lokal.
Sementara itu, Ketua Panitia Teflin, Suwandi menambahkan, kegiatan yang didukung oleh IKIP PGRI Semarang ini dapat menambah wawasan bagi pengajar, dosen, dan praktisi mapel bahasa Inggris.
’’Dari sini mereka akan memperoleh masukan dari para ahli pendidik mengenai bagaimana membuat materi bahasa Inggris yang bermuatan pembangunan karakter. Materi ini bisa mencakup writing, reading, listening yang dikemas dalam mata pelajaran menarik dan lebih berkarakter,’’ tandasnya. (K3-75)

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More
KEMDIKBUD DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH LPMP JAWA TENGAH Jardiknas